Banyak jalan menuju Roma. Demikian juga banyak
jalur pembuka-pembuka pintu rizqi. Rizqi di sni tidak hanya dalam satu
bentuk saja. Termasuk di dalamnya adalah anak atau
keturunan. Pada zaman dulu di daerah Jawa ada ungkapan banyak anak
banyak rejeki. Kiranya ungkapan ini benar adanya. Seperti dalam salah satu firman Allah disebutkan: “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizqinya….” (QS Hud : 6 juz 11).
Setiap anak diberi rizqi yang dapat meningkat
terus, sejalan dengan ketaatan keyakinan terhadap Allah SWT serta
ikhtiarnya mencari pintu- pintu rizqi itu. Langkah-langkah membuka rizqi
merupakan langkah kita dalam mendekati Allah SWT untuk meminta
dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan kita. Langkah-langkah ini hanya
dimaksudkan untuk memperoleh keridhaannya. Ada salah satu pintu yang
kita lewati belum bisa membukakan pintu rizqi, kita harus mencoba pintu
yang lain. Demikian semua ini lagi-lagi sarana menuju pendekatan diri
sebagai hamba kepada Kholiqnya.
Beberapa Pintu Rizqi Yang Bisa Dilewati
1.Iman dan Taqwa
Banyak sekali dalil-dalil baik dari Al Qur’an maupun Hadits yang menerangkan hal ini diantaranya, dalam AlQur’an surat Ath-Thalaq yang bila diterjemahkan seperti ini:
“ Barang siapa yang percaya kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rizqi
dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq ; 2-3).
2. Istighfar dan Taubat
Adaou istighfar seperti diterangkan Imam ARaghib
Al-Ashfahani adalah meminta ampunan dengan ucapan dan perbuatan. “Maka
Aku berkata (kepada mereka), mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia mahapengampun.” ( QS: Nuh :10).
3. Akhlaq Mulia
Akhlaq baik adalah sifat, sikap dan tingkah laku
baik terhadap sesame maupun orang lain baik istri, anak,orang tua maupun
kerabat dekat. Nabi Muhammad SAW menjamin bahwa orng yang berakhlak
baik akan mendapat kebaikan dari Allah. Sebaliknya orang yang berakhlak
buruk akan mendapatkan malapetaka dari perbuatannya.
Sikap santun kepada orang lain akan mendapatkan
karunia besar berupa keluasan rizqi. Bersikap lemah lembut hendaklah
dilakukan hanya karena mencari ridha Allah SWT, bukan karena ingin dipujioleh manusia.
4. Tawakkal
Tawakkal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Setiap muslim wajib bersusah payah dan
berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak boleh
menyandarkan diri pada kelelahan kerja keras dan usahanya, tetapi ia
harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah SWT dan rizqi
hanyalah dari Dia semata.
5. Ikhlas Beribadah Kepada Allah
Dalam sebuah Hadits Nabi SAW menjelaskan, Allah SWT
menjadikan kepada orang yang beribadah kepadaNya sepenuhnmya dengan dua
hadiah. Sebaliknya mengancam bagi yang tidak beribadah sepenuhnya
dengan dua kesulitan. Dua hadiah bagi orang yang beribadah dengan
keikhlasan itu adalah: Kekayaan dan memenuhi kebutuhannya. Dan dua kesulitan bagi yang tidak beribadah adalah: Memenuhi
kedua tangan bagi orang yang tidak beribadah dengan berbagai kesibukan
dan ia tetap tidak mampu memenuhi kebutuhannya sehingga dia tetap
tergantung pada manusia.
6. Haji dan Umroh
Orang-orang yang mendapat kesulitan dalam usaha
mendapatkan rezeqi yang banyak banyak bagi diri dan keluarganya dapat
melakukan haji dan umrah sebagai jalan melapangkan rizqinya. Haji dan
umrah semata-mata diniatkan mencari keridhaan dari Allah SWT.
Dari Jabir radhiallahu anhu, Nabi shallaahu
alaihi wasallam bersabda, “Hendaklah kamu selalua haji dan umrah karena
sesungguhnya ibadah haji dan umrah ini menghilangkan kemiskinan dan dosa
sebagaimana api pandai besi membersihkan karat besi.”(HR Thabbarani dan
Al Bazzar).
7. Silaturrahim
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Bakrah ra dari
Nabi Muhammad SAW beliau bersabda : “Sesungguhnya ketaatan yang paling
disegerakan pahalanya adalah silaturrahim. Hingga satu keluarga yang
ahli maksiat pun, harta mereka bisa berkembang dan jumlah mereka
bertambah banyak jika mereka bersilaturrahim.Dan tidaklah ada satu
keluarga yang saling bersilaturreahim kemudian mereka membutuhkan
(kekurangan).
Islam bahkan tidak melarang berbuat baik kepada
kerabat dekat yang suka berbuat maksiat, hingga kepada orang-orang
kafir. Allah SWT berfirman: “ Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama
dan tidak (pula) mengusir kamu dan negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang berlaku adil.” (QS Al-Mumtahanah ; 8).
8. Bersedekah
Dalam firman Allah, “Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizqi yang
sebaik-baiknya.”(QS Assaba : 39).
9. Menafkahi Penuntut Ilmu
Dari ANas bin Malik ra, ia berkata, “Dua orang
bersaudar hidup pada masa RasulullahSAW, salah seorang datang (mengaji)
kepada NabiSAW, sedang yang lain bekerja. Yang bekerja ini mengeluh
kepada Nabi, keadaan saudaranya yang tidak bekerja. Beliau bersabda :
“Semoga engkau dilimpahi rizqi karenanya.” (Hr. Tirmidzi dan Hakim).
10. Menolong Si Lemah
Imam Bukhori meriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’d ra.
Ia berkata, bahwa Sa’d memiliki kelebihan dari orang lain . Maka
Rasulullah SAW bersabda: “Bukankah kalian ditolong dan diberikan rizqi
karena orang-orang lemah di antara kalian.”
Dari Abu Darda’ ra. Nabi SAW bersabda:
“Senangkah hatimu mrnjadi lunak dan kebutuhan kamu terkabulkan?
Santunilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah makan dari
makananmu, niscaa kau akan linak dan segala kebutuhanmu akan tercapai.”
(Hr. Thabrani).
11. Hijrah FI Sabilillah
Hijrah yang dimaksud di sini adalah orang yang
berhijrah dari negerinya itu adalah untuk mendapatkan ridha Allah SWT
dengan menegakkan agamanya yang merupakan kewajiban baginya, dan
merupakan sesuatu yang dicintai Allah, juga untuk menolong
saudara-saudaranya yang beriman dari bahaya yang dilakukan oleh
orang-orang yang tak beriman.
Kedudukan seorang hamba dalam menjemput rizqi
yang akan diterimanya dari Allah SWT, wajib dipergunakan secara baik,
sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat.
Dan sebaik-baik rizqi adalah anak-anak yang
shalih dan shalihah, yang kelak akan mengantarkan kita ke surga dan
sebagai penolong dan pembela dari siksa neraka.
Disarikan dari majalah Aulia ,
No. 07 tahun IX, Muharram-Shafar 1433
Tidak ada komentar:
Posting Komentar