Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas
terdiri dari komponen-komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang
masalah, (3) identifikasi masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah,
(5) cara pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan,
(8) krangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian.
Metode penelitian mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian,
(b) rancangan penelitian, yang mencakup: perencanaan, tindakan,
pengamatan, refleksi, perencanaan ulang, dst, (c) instrumen penelitian
dan teknik pengumpulan data, (d) analisis data dan kriteria
keberhasilan.
1. Judul Penelitian
Judul hendaknya dibuat secara ringkas dan mencerminkan tindakan, perbaikan pembelajaran, dan subyek sasaran.
Contoh:
(1). Penerapan model group investigation untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika bagi siswa
kelas VIII SMPN 2 Nusa Penida. Pada contoh nomor 1, sebagai tindakan
adalah model group investigation, perbaikan pembelajaran yang diharapkan
adalah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran matematika, dan subyek sasaran adalah siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat.
(2). Penerapan model project-based learning untuk meningkatkan hasil
pembelajaran menulis bagi siswa kelas IX SMPN 5 Nusa Penida. Pada
contoh nomor 2, sebagai tindakan adalah model project-based learning,
perbaikan pembelajaran yang diharapkan adalah peningkatan hasil
pembelajaran menulis, dan subyek sasaran adalah siswa kelas IX SMPN 5
Nusa Penida.
2. Latar Belakang Masalah
Uraian latar belakang masalah merupakan unsur yang sangat penting
dalam PTK. Uraian tersebut mendeskripsikan permasalahan real yang
dialami oleh guru dalam pembelajaran. Secara umum, masalah biasanya
muncul disebabkan oleh tiga faktor. (1) Masalah berkaitan dengan
karakter mata pelajaran atau pokok bahasan dari mata pelajaran tersebut.
Dalam hal ini, guru mencermati tingkat kesulitan materi pelajaran,
sehingga memerlukan pemecahan secara khusus melalui PTK. (2) Masalah
berkaitan dengan faktor internal siswa. Termasuk dalam hal ini, adalah
kurangnya minat dan bakat siswa terhadap pelajaran, rendahnya motivasi
belajar, dan rendahnya hasil belajar siswa, semuanya memerlukan
penanganan secara profesional melalui PTK. (3) Masalah yang berkaitan
dengan fakror internal guru. Termasuk dalam hal ini, adalah kurangnya
penguasaan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan dan penguasaan
guru dalam mendesain, mengembangkan, menerapkan, mengelola, dan
mengevaluasi proses dan sumber belajar. Faktor-faktor internal guru
tersebut juga memerlukan refleksi secara obyektif dan melakukan tindakan
sebagai akibat dorongan dari dalam diri untuk melakukan perbaikan diri
yang akan bermuara pada peningkatan mutu pelayanan, proses, dan hasil
belajar siswa. Secara metodologis, ada enam pertanyaan yang jawabannya
akan menuntun dalam penyusunan latar belakang masalah PTK, yaitu: (1)
apa yang menjadi harapan? (2) apa kenyataan yang terjadi (3) apa
kesenjangan yang dirasakan, (4) apa yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan (5) tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi kesenjangan
(6) apa kekuatan tindakan yang dilakukan tersebut dalam mengatasi
kesenjangan?
3. Identifikasi Masalah
Sesungguhnya, identifikasi masalah telah disinggung ketika peneliti
mengungkap jawaban terhadap pertanyaan “apa kesenjangan yang terjadi”)
dan pertanyaan “apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan”. Namun,
untuk lebih memperjelas, identifikasi masalah diungkapkan kembali secara
tersendiri.
4. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan jelas skupnya, maka masalah yang
telah diidentifikasi perlu dibatasi. Pembatasan masalah ditujukan pada
objek penelitian, yaitu objek tindakan dan objek hasil tindakan. Batasan
terhadap objek tindakan dilakukan dengan memberikan penjelasan istilah
secara konseptual, sedangkan batasan masalah terhadap objek hasil
tindakan dilakukan dengan menyajikan definisi operasional. Definisi
operasional mengarah pada pengukuran. Setelah masalah dibatasi dengan
cermat, maka diajukan rumusan masalah. Rumusan masalah penelitian
tindakan kelas dinyatakan dalam kalimat tanya. Esensinya adalah
menanyakan apakah tindakan dapat melakukan perbaikan pembelajaran.
Terkait dengan contoh judul 1, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut.
“ Bagaimana model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika?”
5. Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang diungkapkan adalah ringkasan dari
kerangka konseptual. Ringkasan ini menampilkan bagian-bagian esensial
dari kerangka konseptual yang dapat mencerminkan alternatif tindakan
yang akan dilakukan. Walaupun cara pemecahan masalah ini masih dalam
bentuk konsepsi, namun tetap dapat melukiskan jawaban terhadap masalah
yang diajukan. Terkait dengan contoh judul nomor 1, maka cara pemecahan
masalahnya adalah sebagai berikut:
Untuk memecahkan masalah tersebut, digunakan model group
investigation. Secara konseptual, model group investigation terdiri dari
6 langkah pembelajaran, (1) grouping, (2) planning, (3) investigating,
(4) organizing, (5) presenting, dan (6) evaluating. Keenam langkah
pembelajaran tersebut mencerminkan konteks (grouping dan planning),
input (grouping dan planning), proses (investigating, organizing,
presenting, dan evaluating), dan produk (evaluating). Dalam rangka
memecahkan masalah secara lebih optimal, penerapan model group
investigation dipadukan dengan evaluasi model CIPP. Perpaduan antara
model group investigation dan evaluasi model
context—input—process–product (CIPP) memberi peluang kepada siswa untuk
menggunakan keterampilan-keterampilan berpikirnya secara optimal. Oleh
sebab itu, penerapan model group investigation diyakini dapat
keterampilan berpikir siswa.
6. Tujuan Tindakan
Tujuan penelitian tindakan diungkapkan dalam kalimat pernyataan.
Tujuan diungkapkan secara optimis bahwa perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan dengan tindakan yang diadopsi tersebut. Terkait dengan contoh
judul 1, maka rumusan tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
“Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat dengan
model pembelajaran group investigation.
7. Manfaat Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas, Guru atau peneliti secara tidak
langsung akan mengembangkan perangkat-perangkat pembelajaran (suplemen
buku ajar, desain pembelajaran, perangkat keras dan atau perangkat lunak
praktikum, alat evaluasi, dan lain-lain) yang koheren dengan teori yang
mendasari tindakan. Rumuskan manfaat perangkat-perangkat pembelajaran
tersebut kaitannya dengan upaya melakukan perbaikan pembelajaran. Di
samping itu, Guru atau peneliti akan berhasil mengeksplorasi atau
mengungkap temuan data atau fakta empiris. Lakukan prediksi terhadap
data atau fakta empiris tersebut dan rumuskan manfaatnya. Semua manfaat
yang dirumuskan tersebut dispesifikasi untuk siswa, Guru, peneliti,
sekolah, atau pihakpihak lain yang berkepentingan.
8. Krangka Konseptual
Kerangka konseptual sangat penting untuk diformulasikan. Kerangka
konseptual merupakan landasan yang kuat dilakukannya tindakan tersebut.
Dengan dasar konseptual peneliti yakin dapat melakukan perbaikan
pembelajaran. Kerangka konseptual hendaknya diformulasikan
sejelas-jelasnya, karena rumusan tersebut akan digunakan sebagai dasar
dalam menentukan perencanaan, langkah-langkah operasional tindakan, dan
evaluasi. Jadi, kerangka konseptual mendasari rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, dan evaluasi tindakan. Oleh sebab itu, kerangka
konseptual seyogyanya dibuat secara spesifik dan memiliki keunggulan
teoretik dibandingkan dengan perspektif yang mengalami anomali ketika
peneliti mencermati permasalahan. Kerangka konseptual hendaknya
merupakan kombinasi antara reviu teoretis dan empiris. Pertemuan antara
landasan teori dan pengalaman empiris tersebut akan melahirkan
kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan dapat melakukan perbaikan
terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kesimpulan tersebut merupakan
hipotesis tindakan. Terkait dengan contoh judul nomor 1, kerangka
konseptual baik teoretis maupun empiris yang perlu direviu adalah: (1)
karakteristik pembelajaran matematika, (2) proses pembelajaran, (3)
model pembelajaran group investigation, (4) evaluasi CIPP dan kaitannya
dengan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Kerangka
konseptual seyogyanya diakhiri dengan kerangka berpikir. Kerangka
berpikir merupakan preskripsi yang disusun sendiri oleh peneliti (guru)
berdasarkan kerangka konseptual yang telah disusun. Preskripsi tersebut
menggambarkan keefektifan hubungan secara konseptual antara tindakan
yang dilakukan dan hasil-hasil tindakan yang diharapkan. Akan lebih
jelas, apabila kerangka berpikir dilukiskan dengan diagram balok.
9. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan yang
merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. Hipotesis
menyatakan secara tegas bahwa tindakan yang dilakukan dapat melakukan
perbaikan pembelajaran. Terkait dengan contoh judul 1, maka rumusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran group
investigation dengan pemberdayaan evaluasi CIPP dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika bagi siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat.
10. Cara Penelitian
Cara penelitian yang akan dijelaskan adalah: (1) rancangan
penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) prosedur penelitian,
(4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik
analisis data, (7) kriteria keberhasilan tindakan.
11. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang dimaksud adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Cuman yang perlu ditekankan adalah rancangannya akan ditetapkan
berapa siklus dalam penelitian itu. Hal tersebut adalah otoritas
peneliti, karena hanya peneliti yang tahu. Hal-hal yang dapat dijadikan
pertimbangan dalam menetapkan banyaknya siklus adalah: waktu yang
tersedia, panjangnya pokok bahasan, karakteristik materi, siswa semester
berapa yang akan menjadi subyek, dan sebagainya. Secara teoretis,
sesungguhnya siklus PTK tidak harus ditetapkan terlebih dulu. Banyaknya
siklus yang akan dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat
ketercapaian kriteria keberhasilan. Jika penelitian dalam dua siklus
telah mencapai kriteria keberhasilan, maka penelitian dapat dihentikan.
Namun, jika dilihat dari beragamnya karakteristik materi pelajaran,
keberhasilan pada siklus sebelumnya tidaklah 100% akan menjadi jaminan
bagi keberhasilan siklus berikutnya, oleh karena peneliti akan banyak
berurusan dengan karakteristik materi pelajaran yang sering berbeda. Di
samping itu, PTK tidak bertujuan memenuhi keinginan peneliti, tetapi
bertujuan lebih memuaskan subyek sasaran yang akan belajar pada sejumlah
silabus dengan karakteristik materi yang beragam. Itulah sebabnya
penentuan jumlah siklus tetap menjadi otoritas peneliti. Tetapi yang
tidak dapat dilupakan, bahwa setiap siklus akan selalu terdiri dari 4
langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
observasi/evaluasi, dan (4) refleksi.
12. Subjek dan objek penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam konteks
pendidikan di sekolah, subjek penelitian adalah siswa, guru, pegawai,
atau kepala sekolah. Dalam kontek pembelajaran di sekolah, subjek
penelitian umumnya adalah siswa. Tetapi harus dijelaskan siswa kelas
berapa, semester berapa pada tahun akademik tertentu, hal ini karena
terkait dengan asal masalah yang dirasakan oleh Guru bersangkutan. Jika
masalah dirasakan di kelas VIII semester I, maka sebagai subyek
penelitian adalah siswa kelas VIII semester I. Tentunya, klarifikasi
mengapa siswa di kelas VIII semester I itu digunakan sebagai subjek,
harus diungkapkan secara jelas. Objek penelitian dibedakan atas dua
macam, yaitu (1) objek yang mencerminkan proses dan (2) objek yang
mencerminkan produk. Objek yang mencerminkan proses merupakan tindakan
yang dilakukan berikut perangkat-perangkat pendukungnya. Sedangkan objek
yang mencerminkan produk merupakan masalah pembelajaran yang diharapkan
mengalami perbaikan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
dilakukan. Tanggapan siswa cukup penting diperhitungkan sebagai objek
penelitian, karena esensi penelitian tindakan kelas adalah students
satisfaction. Tanggapan siswa tersebut juga dapat mencerminkan secara
tidak langsung mengenai proses tindakan. Tanggapan positif mencerminkan
proses pembelajaran yang kondusif, sedangkan tanggapan negatif
mencerminkan proses pembelajaran yang kurang kondusif. Tekait dengan
contoh judul nomor 1, maka sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas
VIII semester I SMP Negeri 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat pada tahun
pelajaran 2007/2008. Sebagai objek penelitian, adalah: model group
investigation, keterampilan berpikir kritis siswa, dan tanggapan siswa
terhadap pembelajaran yang dilakukan.
13. Prosedur penelitian
Yang dimaksud prosedur penelitian adalah langkah-langkah operasional
baik yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi,
maupun refleksi. Langkah-langkah operasional tersebut bersumber dari
kerangka konseptual yang diuraikan pada bagian sebelumnya.
Perencanaan. Uraikan langkah-langkah kolaborasi yang
dilakukan, fakta-fakta empiris yang diperlukan dalam rangka tindakan,
sosialisasi esensi tindakan dan skenario pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada guru sejawat dan siswa, perangkat_perangkat
pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, lembaran-lembaran
evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian yang akan
disiapkan dan dikembangkan.
Pelaksanaan. Uraikan langkah-langkah pembelajaran
sesuai dengan skenario yang telah dikembangkan pada langkah perencanaan.
Langkah-langkah pembelajaran ini akan sesuai dengan hakikat teori yang
mendasari strategi pembelajaran, atau sesuai dengan sintaks model
pembelajaran yang diadaptasi. Langkah-langkah pembelajaran tersebut
hendaknya dibuat secara rinci, karena akan mencerminkan kualitas proses
pembelajaran yang akan dihasilkan.
Observasi/Evaluasi. Observasi dilakukan terhadap
interaksi-interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang
dilakukan. Interaksi-interaksi yang dimaksud dapat mencakup interaksi
antara siswa dengan materi pelajaran, interaksi antar siswa, interaksi
antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu, uraian secara jelas tindakan
yang dilakukan tertuju pada interaksi yang mana saja, bagaimana
melakukan observasi, seberapa sering obserbasi itu dilakukan, dan apa
tujuan observasi tersebut. Observasi yang utuh akan mencerminkan proses
tindakan yang berlangsung. Untuk memperoleh data yang lebih akurat,
observasi sering dilengkapi dengan perekaman dengan tape atau video.
Evaluasi biasanya dilakukan untuk mengukur obyek produk, misalnya
kualitas proses pembelajaran, sikap siswa, kompetensi praktikal, atau
tanggapan siswa. Untuk itu, uraikan evaluasi yang dilakukan, jenisnya
dan tujuannya, dan untuk mengukur apa evaluasi itu dilakukan.
Refleksi. Hasil observasi dan evaluasi selanjutnya
direfleksi tingkat ketercapaiannya baik yang terkait dengan proses
maupun terhadap hasil tindakan. Refleksi ini bertujuan untuk
memformulasikan kekuatan-kekuatan yang ditemukan, kelemahan-kelemahaman
dan atau hambatan-hambatan yang mengganjal upaya dalam pencapaian tujuan
secara optimal, dan respon siswa. Refleksi ini harus dijelaskan secara
rinci. Tujuannya adalah untuk melakukan adaptasi terhadap
strategi/pendekatan/metode/model pembelajaran yang diterapkan, lebih
memantapkan perencanaan, dan langkah-langkah tindakan yang lebih
spesifik dalam rangka pelaksanaan tindakan selanjutnya.
14. Instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data
Instrumen sangat terkait dengan obyek penelitian, utamanya obyek
produk. Instrumeninstrumen tersebut misalnya: pedoman observasi,
checklist, pedoman wawancara, tes, angket, dan lain-lain. Uraikan
instrumen yang diperlukan sesuai dengan PTK yang akan diakukan. Untuk
contoh judul PTK yang pertama, maka instrumen yang diperlukan adalah:
pedoman penilaian tentang kinerja dan portofolio siswa, baik yang
terkait dengan konteks, input, proses, maupun yang terkait dengan produk
yang dihasilkan. Dalam contoh ini, kriteria penilaian (rubrik) mutlak
diperlukan. Teknik pengumpulan data menekankan secara lebih spesifik
tentang cara mengumpulkan data yang diperlukan. Apabila data yang
diperlukan adalah kompetensi praktikal siswa di laboratorium, maka
teknik pengambilan datanya adalah observasi. Apabila data yang akan
dikumpulkan adalah hasil belajar kognitif, maka teknik pengumpulannya
adalah tes lisan atau tes tertulis, portofolio, atau asesmen otentik.
Apabila data yang akan dikumpulkan adalah respon siswa, maka tekniknya
adalah angket atau wawancara, dan seterusnya. Uraikanlah teknik
pengumpulan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan PTK.
15. Teknik analisis data dan kriteria keberhasilan
Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis. Analisis hanya bersifat
kualitatif. Jika ada data kuantitatif, analisisnya paling banyak
menggunakan statistik deskriptif dengan penyimpulan lebih mendasarkan
diri pada nilai rata-rata dan simpangan baku amatan atau persentase
amatan. Hasil analisis data kualitatif dikonsultasikan dengan makna
kualitatif yang mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah
penelitian. Misalnya, bagaimana metode demontrasi dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam belajar? Hasil analisis data hendaknya
dikonsultasikan dengan makna demonstrasi secara aktual, bukan pikiran
guru atau pengamat lainnya. Hasil analisis kuantitaif, selanjutnya
dikonsultasikan pada pedoman konversi. Dalam PTK biasanya digunakan
pedoman konversi nilai absolut skala lima. Misalnya, data hasil belajar,
pedoman konversinya adalah sebagai berikut:
Interval Kualifikasi
00,0 – 39,9 adalah Sangat kurang
40,0 – 54,9 adalah Kurang
55,0 – 69,9 adalah Cukup
70,0 – 84,5 adalah Baik
85,0 – 100 adalah Sangat baik
Sebagai kriteria keberhasilan, peneliti dapat menetapkan nilai
rata-rata minimal 55,0 atau 70,0 tergantung rasional yang dijadikan
dasar atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru.
Di samping itu, kriteria ketuntasan belajar juga dapat dijadikan
kriteria keberhasilan. Misalnya, ketuntasan individual adalah nilai 7,5
pada skala 11 dan ketuntasan klasikal 85%, dan seterusnya.