Rabu, 04 Mei 2011

Mahasiswa di Tengah Kecamuk Zaman


TAMPAKNYA perjalanan bangsa Indonesia makin hari hanya kian buram saja. Indonesia yang berpenduduk lebih dari 227,65 juta jiwa, sampai kini masih mengalami krisis disparitas berkepanjangan yang tak terelakkan. Tak hanya dalam sistem kabinet negara, tetapi juga dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.

Begitu banyak komponen bangsa saling hujat. Pemerintah satu menghujat pemerintah yang lain. Masyarakat pun turut andil menghujat pemerintah, dengan dalih etos kerja pemerintah makin buruk dan tidak becus mengemban amanat pemerintahan.

Kekuasaan negara memang selalu mempunyai dua kemungkinan raut wajah berbeda, memesona dan atau menakutkan. Memesona karena kekuasaan negara dipandang dan sekaligus disepakati memegang wewenang sebagai institusi yang menjaga dan mendistribusikan secara adil kebutuhan dan kepentingan setiap individu di masyarakat. Menakutkan karena sering mudah jatuh dalam praktik pelampiasan dengan segala cara demi kepentingan segelintir elite.

Ironis, Indonesia yang terdiri atas beragam etnik, linguistik, dan agama seakan-akan begitu sulit mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia secara utuh. Terperangkap dalam labirin yang mengkristal dalam situasi hyperreality of politics. Itulah ruang yang sarat kebohongan terencana, kepalsuan citra, pemutarbalikan fakta dan disinformasi. Tak ayal, bangsa ini hanya jadi santapan empuk  bagi negara adidaya.

Upaya bangkit dari krisis peradaban dan keterpurukan menjadi cita-cita bersama yang begitu diidam-idamkan. Tentu itu tidak hanya menjadi tugas pemerintah. Semua lapisan masyarakat sepatutnya ikut andil dalam penyegaran dan pembaruan kondisi saat ini, khususnya peran aktif mahasiswa yang menjadi tonggak kemajuan bangsa.
Agen Perubahan Mahasiswa sebagai pemegang predikat tertinggi bagi orang yang masih mengais pengetahuan mempunyai peran signifikan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Hingga detik ini, gerakan mahasiswa masih menjadi garda terdepan untuk mencapai perubahan, baik dalam masalah ekonomi, sosial, politik pemerintahan, maupun pendidikan.

Dalam sejarah, pergerakan mahasiswa telah melakukan banyak perubahan penting di berbagai sektor kehidupan. Yang masih lekat dalam ingatan adalah tumbangnya rezim Orde Baru. Saat itu, gerakan mahasiswa menjadi ikon penting yang menggawangi proses perubahan.

Ya, sepak terjang mahasiswa dalam menanggapi pelbagai problem di negeri ini begitu dibutuhkan. Mahasiswa dituntut sadar akan tujuan awal pendidikan yang digeluti, yang tak lain untuk mengembangkan peradaban. Mereka dituntut peka terhadap pelbagai permasalahan dan mampu memecahkan permasalahan.

Di pundak mahasiswalah nasib rakyat dan bangsa ini dipertaruhkan. Kedudukan mahasiswa di tengah kecamuk zaman kembali diuji; seberapa tegar mereka menghadapi keadaan? Kini, saatnya mahasiswa membantu pemerintah dan masyarakat mengatasi problem yang mengakar demi menciptakan perubahan lebih baik pada masa depan. Pada konteks inilah, kedudukan mahasiswa akan terlihat je-las: layak atau tidak mendapat predikat sebagai agen perubahan sosial. (51)

- Dito Alif Pratama, mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang

Radikalisasi Tak Akan Banyak Berubah


Osama Bin Laden


MALANG, KOMPAS.com - Tewasnya Osama bin Laden bakal menjadi kampanye global yang setara dengan tuntutan Karl Marx terhadap kapitalisme dan imperialisme pada awal abad ke-20. Osama dikenal getol mengampanyekan gerakan mendasar tuntutan atas keadilan distribusi modal, yang ditandai oleh serangan terhadap World Trade Centre di Amerika Serikat.
"Tuntutan Osama akan amat mengenai di hati generasi muda Muslim kemudian. Dan ini bisa menjadi sumber asumsi, betapa radikalisasi agama sebagai bentuk aksi dari protes atas ketidakadilan itu, tidak akan banyak berubah meski pemimpinnya sudah tidak ada . Sebab, ketidakadilan meruapakan isu yang universal," papar Dr Bazri Zain, pengajar Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Jawa Timur, Rabu (4/5/2011).
Osama sendiri tidak cukup populer di kalangan generasi muda Muslim saat ini, namun pernyataan-pernyataannya yang lebih populer mengena karena tuntutan ketidakadilan itu. "Mungkin malah lebih populer Abu Bakar Ba'asyir dibanding Osama. Namun kedua tokoh ini berbeda tujuan gerakannya. Osama untuk tuntutan keadilan geopolitik dan geoekonomi, sementara Ba'asyir untuk Islam establishment, yang mengacu pada ide negara Islam," kata Bazri.
Menurut Bazri, posisi perjuangan Osama sudah cukup jelas. Itu antara lain oleh pernyataan Presiden AS Barack Obama sendiri bahwa AS tidak memerangi Islam, melainkan memerangi terorisme. Ini sesuai dengan pernyataan-pernyataan Osama, dalam kampanyenya lewat video dan buku yang beredar di kalangan aktivis gerakan radikal dan di internet, dan serangannya terhadap pemerintah atau aparat negara Muslim sendiri.
Bazri mengkategorikan tuntutan Osama atas ketidakadilan distribusi kapital ini sama dengan tuntutan Karl Marx lewat perjuangan kelas dan kaum buruh dalam buku manifestonya yang sudah menyejarah itu.
"Saya lebih melihat hubungan antara Marx dan Osama. Betapa teriakan ketidakadilan yang dirasakan sebagai cekaman kemiskinan di negara-negara berpenduduk Muslim, sesungguhnya masih sama saja dengan yang diteriakkan oleh penduduk kawasan korban kolonialisme dan imperialisme di sepanjang abad ke-19 dan abad ke-20," tuturnya. 
http://nasional.kompas.com/read/2011/05/04/19431474/Radikalisasi.Tak.Akan.Banyak.Berubah

Pluralitas VS Pluralisme

Bismillah,
Salah satu ghazwul fikri yg dilancarkan oleh para musuh Islam, terutama kaum ‘Islam’ Liberal adalah pengaburan makna pluralitas dan pluralisme. Mereka selalu meneriakkan bahwa Islam adalah agama yg tidak punya tenggang rasa, merasa paling benar, eksklusif, dan pernyataan2 lain yg memojokkan Islam.
Di artikel ini, insya ALLOH saya akan mencoba menjelaskan kerancuan yg ditanamkan oleh para musuh Islam. Harapan saya, kita semua bisa tahu apa perbedaan mendasar pluralitas dan pluralisme, serta bisa menjelaskan dan menangkal ’serangan’ para musuh Islam tersebut.
Pluralitas dan pluralisme mempunyai akar kata yg sama, yakni plural. Jika merujuk pada wiki, plural mempunyai arti beraneka ragam. Akhiran kata plural akan menentukan perbedaan yg cukup mendasar.
Islam (dan Rasululloh SAW) MEMBOLEHKAN PLURALITAS. Dalam artian, dalam satu masyarakat tidak hanya 1 jenis (homogen), tapi bisa heterogen. Misalnya kota2 besar seperti Jakarta yg dihuni oleh berbagai suku bangsa Indonesia. Ada Sunda, Betawi, Jawa, dst. Di negara2 lain malah kita bisa dapati manusia dari berbagai negara, suku, ras, agama.
Jika kita merujuk pada kehidupan di jaman Rasululloh SAW, kita akan dapati bahwa di kota Mekkah dan Madinah, tidak hanya ada kaum muslim. Ada juga kaum Yahudi dan Nasrani. Bahkan sahabat Nabi, Salman Al Farisyi, berasal dari Iran. Dengan demikian sudah terbentuk yg namanya pluralitas. Dan tidak ada masalah bukan?
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujurat(49):13)
Perbedaan yg mendasar akan terlihat saat kita mengetahui makna pluralisme. Pluralisme dinyatakan sebagai ungkapan bahwa SEMUA AGAMA ITU BENAR.
Pernyataan inilah yg TIDAK BISA DITOLERIR oleh kaum muslim. Sudah cukup banyak ayat yg menyatakan bahwa ISLAM-LAH AGAMA YG PALING BENAR DI SISI ALLOH SWT.
- “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Al Baqarah(2):132)
- “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Al Imran(3):19)
- “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Al Imran(3):85)
- “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Al Imran(3):102)
- “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah(5):3)
- “Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.” (Al Anfal(8):8)
“Wah, jika demikian memang terbukti bahwa Islam agama yg tidak toleran dong?!”
Pernyataan di atas kemudian dilontarkan oleh para musuh Islam, seakan-akan dari ayat2 di atas itu, mereka mendapatkan pembenaran bahwa Islam adalah agama yg eksklusif.
Lantas, apa jawaban kita?
Perlu diperhatikan, bahwa ada garis tegas yg perlu diketahui mengenai toleransi. Untuk hal2 yg bersifat SOSIAL, maka Islam MEMBOLEHKAN bahkan MENGANJURKAN agar umatnya mengenal dan mempelajari serta bekerja sama.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujurat(49):13)
Dalam banyak riwayat, kita bisa dapatkan cerita Rasululloh SAW yg menolong dan menjenguk tetangganya (yg memusuhinya secara keras) pada saat dia sakit. Lalu kita tidak pernah dengar kaum muslim dilarang untuk berjual beli dengan kaum non muslim.
Akan tetapi, untuk AQIDAH atau KETUHANAN, Islam MENJADI EKSKLUSIF! Tidak ada toleransi untuk beragama! Mungkin ayat berikut akan menegaskan bahwa Islam MELARANG TOLERANSI DALAM HAL KETUHANAN!
Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir, - aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. - Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. - Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. - Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. - Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku“. (Al Kaafiruun(109))
Perhatikan ayat terakhirnya, bahwa untuk urusan agama, kita sudah diatur untuk TIDAK TOLERANSI.
Hal yg patut dicatat, tidak toleransi di sini BUKAN berarti umat lain harus dibasmi! Umat Islam justru TIDAK BOLEH MENGGANGGU (bahkan mestinya MELINDUNGI) umat lain yg berbeda keyakinan. Bahkan Islam MELARANG umatnya untuk MEMAKSA umat agama lain utk masuk Islam!
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah(2):256)
Sayangnya, hal terakhir ini yg jarang kita jumpai di Indonesia. Sebagai kaum mayoritas, seringkali kita merasa ‘diperbolehkan’ untuk menindak dan berlaku sewenang-wenang kepada umat lain. Bahkan kita bisa jumpai aksi-aksi organisasi masyarakat ‘Islam’ yg justru aksinya mencoreng Islam.
Salah satu artikel yg ‘mencoreng’ Islam bisa anda baca di sini.
Yang membuat saya bingung, jika memang kaum ‘Islam’ liberal itu menganggap semua agama sama (dan benar), mengapa mereka tidak pindah saja ke agama Kristen atau Yahudi atau Budha misalnya? Toh kan menurut mereka semua agama itu sama dan benar? Coba tanyakan hal ini kepada mereka. Saya yakin mereka tidak akan bisa menjawabnya. :-)

http://tausyiah275.blogsome.com/category/hot-news/